Kisah nyata di balik film ini sama drmatisnya dengan film itu sendiri penuh dengan kejutan,sesosok pahlawan,bentrok antar individu,pertarungan dengan penjahat,perempuan cantik dan jalan keluar yang sempit
"Everything or Nothing" dirilis sekaligus menjadi peringatan "Global James Bond Day", 50 tahun sejak pemutaran perdana "Dr.No" di dunia yang memperkenalkan pada publik tentang agen rahasia yang berkelas serta ramah ciptaan penulis Ian Fleming.
Peringatan James Bond juga melahirkan box set Blu-ray, lelang amal yang megah di Christie, dan parfum lelaki baru bernama "007", menggarisbawahi pesona karakter yang terus menerus diciptakan kembali.
Tokoh fiksi agen rahasia Inggris itu terlihat masih populer, terlihat dari upacara pembukaan Olimpiade London, saat pemeran Bond Daniel Craig dan Ratu Elizabeth berbagi momen bersama dalam adegan singkat nan lucu yang syutingnya dilakukan di Istana Buckingham.
Dua film pertama Craig dalam serial Bond menuai pendapatan sekitar 600 juta dolar di box office. Dan film terbarunya, "Skyfall" yang menjadi film ke-23 dari serial Bond akan ditayangkan di bioskop dalam beberapa minggu ke depan.
Namun, dokumenter baru yang disutradarai Stevan Riley dan menampilkan lima wawancara dari enam aktor pemeran Bond menggarisbawahi bahwa serial itu tidak selamanya tenteram.
"Kami sudah mengalami dua kali kebangkrutan studio, dan juga beragam serangan dari serial serupa jadi kami juga mengalami pasang surut," kata produser Bond Michael G.Wilson menceritakan rintangan yang dialami film 007 itu.
"Ada kalanya juga kami terjebak dalam masalah yang seharusnya bisa dihindari," kata dia pada Reuters dalam wawancara via telepon.
Sutradara Everything or Nothing, Riley, setuju: "Bond selalu hidup untuk bertarung keesokannya dan memang banyak tantangan," kata dia.
"Maksud saya, bagaimana Bond tetap eksis selama..50 tahun? Semua orang menganggap itu berjalan begitu saja, padahal banyak rintangan yang dihadapi sepanjang itu."
Cubby dan Harry
Selain Fleming, dua orang tokoh yang penting dalam sejarah film Bond adalah produser Albert "Cubby" Broccoli dari Amerika Serikat dan Harry Saltzman dari Kanada.
Ketertarikan mereka pada tokoh dan novel Bond adalah alasan mengapa Bond bisa muncul di layar lebar, setelah "Dr No" pada 1962, menyusul pula "From Russia With Love" tahun berikutnya, dan "Goldfinger" pada 1964.
Saat itu James Bond sudah menjadi fenomena budaya internasional yang memperlihatkan tontonan aksi kejar-kejaran penuh adrenalin, kebut-kebutan mobil, perangkat futuristik, setelan jas rapi, perempuan cantik, dan lokasi yang eksotis.
Sean Connery, Bond pertama, lama kelamaan bosan dengan ketenarannya yang mendunia dan dia merasa pengorbanannya tidak setimpal. Jadi, setelah film kelima Bond "You Only Live Twice", sang bintang yang kecewa itu pun mengundurkan diri.
Kepergiannya menjadi salah satu alasan awal dibuatnya audisi besar-besaran dari para produser untuk menemukan pemain yang tepat sebagai Bond.
George Lazenby pun didaulat memerankan film "Oh Her Majesty's Secret Service" sebelum Connery akhirnya kembali dengan "Diamonds Are Forever" lalu disambung oleh Roger Moore yang membintangi tujuh film selanjutnya.
Memerankan 007 tidak selamanya mudah.
Lima pemeran Bond -selain Connery- diwawancara untuk dokumenter itu, dan Lazenby mengingat-ingat tentang masa-masa bermain perempuan dan mengakui bahwa dia melewatkan kesempatannya.
Dalam sebuah pesta, Roman Polanski menyebutnya "aktor mubazir" dan Lazenby bercanda bahwa dia mencari arti kata itu di kamus.
Pierce Brosnan blak-blakan menceritakan saat dia dipecat lewat telepon, sementara itu Craig mengatakan dia "terkejut sekaligus kesal" dengan reaksi negatif saat dia mulai memerankan Bond pada 2005.
Saat Moore masih bertahta, Saltzman menginvestasi usaha-usaha baru yang membuahkan hutang sehingga dia terpaksa menjual sahamnya dari waralaba Bond.
Fakta bahwa dia menjualnya ke studio Hollywood United Artists, bukan ke rekan jangka panjangnya membuat Broccoli terkejut sehingga keduanya berpisah.
"Saya kira yang paling kacau dari Harry dan Cubby adalah karena mereka sama-sama membuat kesuksesan, lalu seorang dari mereka mengalami masalah keuangan dan..itu membuat keretakan," kata Wilson, putra angkat Broccoli.
Berpisahnya mereka membuat "The Spy Who Loved Me" yang dirilis pada 1977 menjadi sebuah pertaruhan besar, dan adegan pembukanya saat Bond berski di atas tebing untuk membuka parasut Union Flag, dilihat sebagai metafora betapa besar taruhan yang dimainkan Broccoli.
Pertarungan Bond
Pada 1983, sebuah pertarungan antara "Octopussy" yang dimainkan Moore dan "Never Say Never Again" yang diperankan Connery oleh para produser yang menjadi rival itu dikenal sebagai "pertarungan bond" dan itu dapat merusak franchise Broccoli.
Kevin McClory, salah satu penulis asli untuk plot cerita "Thunderball" sudah lama menjadi onak dalam bagian serial "asli" dan menuntut Fleming ke pengadilan pada 1963 sembilan bulan sebelum pengarang itu meninggal.
Jeda enam tahun antara "License to Kill" dan debut Pierce Brosnan pada 1995 dengan "Golden Eye" bertepatan dengan jatuhnya komunisme dan banyak individu dicari pembuat Bond untuk membuat cerita yang relevan pasca Perang Dingin.
Peran yang dimainkan Brosnan terbukti sukses dan dengan kesehatan Broccoli yang menurun, tugas itu dialihkan pada anaknya Wilson dan Barbara yang hingga kini masih mengontrol franchise tersebut. Broccoli wafat pada 1996.
"Kamu tahu, ini adalah bayi kami dan kami merasa sangat, sangat melindungi franchise Bond," kata Broccoli. "Ini adalah sesuatu yang dimulai oleh ayah kami lebih dari 50 tahun lalu dan kami pun sangat tertarik pada itu dan menjaganya tetap hidup."
Aksi Brosnan sebagai Bond berakhir pada "Die Another Day" 2002, walaupun sukses secara komersial, itu menunjukkan berakhirnya ketergantungan film Bond pada efek spesial, mobil kasat mata yang terkenal serta surfing dalam gelombang pasang dengan layang-layang.
Saat Craig yang tidak terlalu terkenal diumumkan sebagai Bond keenam pada 2005, banyak media Inggris yang protes atas pilihan itu dan mereka berspekulasi bahwa kelanjutan filmnya akan gagal.
Craig lalu membuktikan bahwa pendapat itu salah, walaupun filmnya "Casino Royale" menuai kritik namun tetap laku di pasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar